Friends

Sabtu, 05 Agustus 2017

[Appa Saranghae]

Saat itu, aku dan ayah sedang duduk di bawah langit malam di halaman rumah. Langit yang indah dengan ribuan bintang. Aku menoleh menatap ayah yang menengadah menatap bintang jauh di langit sana. Aku bertanya pada ayah "ayah aku ingin sekali terbang, apa ayah pernah merasakan bagaimana rasanya terbang di langit?" Ayah tersenyum dan menjawab "pernah saat ayah kecil dulu". Aku bingung menatap ayah dan mencoba mencerna apa yang ayah katakan.
Ayah lalu menggendongku di atas punggungnya, seperti sedang bermain terbang-terbangan yang biasa kami lakukan di waktu senggang. Kami tertawa bersama dan aku bisa merasakan jarakku semakin dekat untuk bisa menatap bintang di langit sana. Ayah berhenti berlari sambil mengatur napas yang terengah-engah dan beliau berkata kepadaku:
A : bagaimana? apa kamu senang?
D: iya ayah, aku sangat senang
A: sekarang kalau kamu sudah bisa terbang seperti ini memangnya kamu ingin pergi kearah mana?
D: aku ingin kearah timur ayah
A : jangannn, disana sedang hujan lebat
D : benarkah? kalau begitu ke utara
A : jangannn, disana sedang badai disertai petir
D : ya sudah aku pergi ke selatan saja
A : jangannn, ada banyak burung yang sedang bermigrasi nanti kamu celaka
D : hmmm, ya sudah ini pilihan terakhir arah ini pasti benar aku akan pergi ke arah barat
A : jangannn, disana kamu tak akan menemukan apa2
D : lalu, ke arah mana aku sebaiknya pergi ayah?
A : terbanglah ke atas, disana kamu bisa melihat seluruh dunia dan bisa berada diantara ribuan bintang. Disana pilihlah satu bintang terbaik, lalu ingatlah kembali
D : kenapa? (Tanyaku bingung)
A : (ayah menurunkanku dan menatapku dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya) karena selalu ada ayah yang menunggumu di bawah sini, jadi ingatlah kembali
D : kalau begitu aku akan mengajak ayah terbang ya yah?
A : tidak perlu, ayah akan mengajarkanmu untuk terbang membawa satu bintang yang akan mengajarkanmu rindu untuk kembali. Kenalkan bintang itu ke ayah dan jika memang dia yang terbaik, ayah akan membiarkanmu terbang kearah manapun asalkan dia menemanimu. Mengerti?
Aku hanya mengangguk kala itu. Entah, kata-kata ayah yang terlalu susah aku mengerti atau karena aku bocah yang terlalu lugu saat itu. Tetapi, kata-kata ayah sekarang mengajarkanku. Beliau tak bisa selamanya menjadi sayap untuk putri kecilnya ini agar bisa selalu terbang. Beliau, seorang ayah tangguh yang berusaha mengajarkanku mandiri dan menemukan orang yang siap menemaniku sampai kapan pun. Tapi ayah, tenang saja, putri kecilmu ini akan selalu ingat kembali. Mencari ayah terbaik sepertimu yang selalu menungguku walau badai petir menyerbu.